Senin, 21 April 2014

Pengorbanan Politik



Oleh: Adhitya Yoga Pratama*
            Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia dirundung oleh berbagai macam bencana alam yang melanda hampir seluruh daerah di Indonesia. Mulai dari banjir bandang di Manado, banjir besar di Jakarta, Gunung Sinabung yang meletus di Sumatera Utara, dan banjir terbesar sepanjang sejarah di Pekalongan, serta cuaca ekstrem yang melanda di seluruh pelosok Nusantara. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa bumi kita sudah mengalami fase krisis ekologi yang besar. Lantas hal yang menyebabkan ini semua, siapa yang harus disalahkah? Ya, ulah-ulah manusia sendirilah yang menyebabkan ini semua. Tanpa belas kasihan mereka-mereka yang mempunyai kuasa lebih, dengan ditopang dengan kelebihan daya ekonomi yang tinggi (baca; kapitalis) menghancurkan tatanan biologis yang menyangga seluruh kehidupan manusia. Sistem ekonomi yang tak berkemanusiaan inilah berdampak besar pada seluruh elemen kehidupan manusia. Lagi-lagi manusia sendirilah yang harus menanggung akibatnya.
            Teringat dengan film Spongebob Squarepantsedisi Gunung Bikini Bottom Meletus, film anak-anak yang setiap pagi dan sore diputar distasiun televisi swasta. Membangkitkan imajinasi saya selaku manusia Indonesia, dalam melihat kondisi alam yang akhir-akhir ini melanda Indonesia. Dipertontonkan dalam film anak-anak itu, pada suatu hari Gunung Bikini Bottom meletus dengan sangat hebatnya, sampai seluruh warga Bikini Bottom sendiri pun kewalahan dalam menanggulangi bencana itu. Bahkan seorang walikota Bikini Bottom, disebutkan didalam film dengan panggilan Major, juga bingung dalam menenangkan warganya yang khawatir dengan keselamatannya masing-masing. Akhirnya dalam rapat besar yang diadakan oleh petinggi negara tersebut, datang seorang sang juru selamat yang mengatakan ada jalan untuk menghentikan gunung Bikini Bottom itu untuk tidak mengeluarkan lava panas, yaitu dengan harus adanya suatu pengorbanan yang besar. Disebutkan lagi mereka yang harus di korbankan itu adalah mereka yang menderita, dan Squidward lah sosok manusia congkak, sombong, suka pada kenyamanan yang harus di korbankan. Dengan alih-alih warga Bikini Bottom yang pernah mendengarkan alibi Squidward yang hidupnya sangat selalu menderita. Alhasil memang Squidward lah yang di korbankan, tetapi justru rumahnya yang menutupi kawah gunung tersebut dan akhirnya lava panas berhenti.
            Jika dikontekskan dengan bencana alam yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini sangatlah tepat untuk mengakhiri segala penderitaan korban bencana alam itu, yaitu dengan adanya suatu pengorbanan. Bukan justru yang dilakukan adalah rasa syukur akan suatu bencana, dengan anugerah yang di berikan oleh Tuhan yang Maha Kuasa, dengan diterjemahkan oleh yang mempunyai kepentingan politik pragmatis dengan ditandai berbondong-bondongnya partai politik dalam memberikan bantuan layaknya sinterklas bukan cowboy; setelah memberikan bantuan atau hadiah di tinggal pergi, ketika kekuasaan sudah didapatkan justru meninggalkan rakyat, dan datang lagi pada saat musim politik datang (pemilu). Yang harapannya adalah partisipasi rakyat dalam memilih golongannya (partai) agar menang dalam pemilu, tetapi melupakan esensi partisipasi politik yang sebenar-benarnya dalam membangun masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera sesuai dengan khittah politik.
            Ya, pengorbananlah yang harus menjadi pembicaraan khusus oleh golongan elite-elite politik dalam menghadapi bencana alam. Pejabat publik yang ksatria adalah mereka yang peduli dan berani mengabdi secara total untuk masyarakat, tanpa harus mengedepankan tendensi yang bersifat milik golongannya atau dirinya sendiri bahkan. Bukannya mengalihkan rapat partai di daerah yang tidak terkena dampak bencana alam, dan bersifat eksklusif yang tidak boleh diliput oleh pihak luar (media), untuk merumuskan konstelasi politik kedepan, setelah partainya banyak dirundung oleh banyaknya permasalahan yang menjeratnya; kasus korupsi yang dilakukan oleh kader-kadernya. Pengorbanan politik yang sesungguhnya, dengan berlandaskan kepada rasa kemanusiaan yang lebih adalah suatu sikap yang bijak. Kita perlu belajar dari Squidward memang, sosok yang congkak dengan sikap yang ingin nyaman dan aman selalu (individualis), tetapi masih mempunyai rasa kebajikan sosial yang lebih untuk warga Bikini Bottom, yang akhirnya memang rumah, segala sesuatu yang hanya dimilikinya dengan segala harta dan benda yang ada didalamnya, rela ia korbankan dengan sikap yang bijak dan pemenang sejati. Patut kita tiru dan kita amalkan, terlebih bagi politikus-politikus maupun pejabat negara yang mengatasnamakan pejabat publik atau pelayan masyarakat.Mungkin begitu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar