Mahasiswa adalah rakyat Indonesia,
pedagang pasar tradisional adalah rakyat Indonesia, aktivis kemasyarakatan
adalah rakyat Indonesia, pejabat publik adalah rakyat Indonesia, aparat
keamanan adalah rakyat Indonesia, pebisnis adalah rakyat Indonesia. Begitulah
yang bisa saya gambarkan pada saat diselenggarakannya Diskusi Publik yang
bertemakan “Pasar (Sukoharjo) Jadi
Desember 2014?” tepatnya di Auditorium Universitas Veteran Bantara
Sukoharjo pada tanggal 1 April 2014. Bagaimana tidak, suasana yang terjadi
diruangan adalah suasana yang haru dan penuh dengan kemesraan. Semua rakyat
Indonesia dari berbagai kelas berkumpul menjadi satu demi tujuan yang sama
yaitu pasar jadi. Walau yang terjadi adalah minim kesepakatan dan keberpihakan,
suasana pada saat itu tidak bisa terlupakan begitu saja. Terlebih dalam forum
tersebut mahasiswa ikut berpartisipasi aktif dalam menjalankan fungsinya
sebagai agent of control dan agent of change bagi masyarakat.
Pasar Sukoharjo yang semula
dinamakan pasar Ir. Sukarno oleh pihak pejabat daerah tidak berbanding lurus
dengan proses pembangunan pasar yang sampai hari ini masih mangkrak. Terbukti dengan masih alotnya berbagai pihak dalam
menyelesaikan permasalahan pembangunan pasar, salah menyalah antar pihak yang
berkepentingan hingga berujung pada terbengkalainya pembangunan pasar, tuntutan
para pedagang untuk segera menyelesaikan pembangunan agar bisa berdagang
seperti sediakala tidak juga dihiraukan. Menjadikan ketakterherananan
tersendiri jika para pedagang pasar yang tergabung dalam Himpunan Pedagang
Pasar Kota Sukoharjo (HPPKS) tidak mau menyebut pasar tersebut dengan pasar Ir.
Sukarno melainkan pasar kota. Karena hal itu tidak berkonsekuensi logis dengan
kebesaran dan keagungan nama presiden pertama republik ini.
Lantas apa yang menyebabkan
mahasiswa ikut andil dalam melakukan pengawalan dan pengawasan terhadap
pembangunan pasar Sukoharjo. Hingga kampus menjadi tempat yang tepat untuk
menyatukan semua kepentingan yang sudah terpecah belah. Dan pihak rektorat
dalam sambutan memberikan dukungan penuh terhadap aksi yang dilakukan oleh
mahasiswa, sampai-sampai pada penghujung sambutannya beliau berujar jika forum
audiensi ini belum menemukan kesepakatan, maka kampus sebagai ladangnya ilmu pengetahuan
bersedia untuk memfasilitasi kembali agar keputusan bisa dicapai bersama tanpa
merugikan salah satu pihak. Patut ditiru oleh kampus-kampus yang lain. Tetapi
bukan itu yang menjadi titik kulminasi kenapa mahasiswa ikut berpartisipasi
aktif dalam mengawal pembangunan pasar Sukoharjo. Melainkan bentuk rasa empati
dan simpati yang berlandaskan kepada keprihatinan kaum pedaganglah mahasiswa
segera menempatkan posisi, peran, fungsi dan tujuannya sebagai pemegang amanah
penderitaan rakyat untuk ikut berjuang dan bergerak berbareng bersama
bapak-bapak dan ibu-ibu pedagang pasar Sukoharjo.
Posisi, Peran, Fungsi
dan Tujuan Mahasiswa
Disebutkan dalam
artikelnya Hariman Siregar yang berjudul “Refleksi
Seorang (Mantan) Demonstran” bahwa gerakan protes mahasiswa sebetulnya
tidak mengikuti hukum perubahan sosial. Ia bukan gerakan revolusioner untuk
mengubah tatanan sosial dalam sekejap. Ia hanya gerakan yang menyuarakan hati
nurani rakyat, hanya gerakan normatif. Kalau kita lihat isu-isu yang
dilontarkan mahasiswa sejak dulu selalu bersifat normatif: korupsi, keadilan,
hukum, pemerataan, dan sebagainya. Aksi protes mahasiswa sebetulnya tak perlu
ditakuti, sebab tidak akan meruntuhkan struktur. Kalau pemerintah takut
terhadap aksi protes mahasiswa, tegakkanlah keadilan, berantas korupsi,
kembalikkan hak-hak rakyat, ciptakan pemerataan, hilangkan kebiasaan
kongkalingkong dengan pengusaha, dan jalankan demokrasi dengan benar.
Konteks proses pembangunan pasar
Sukoharjo adalah tepat untuk menentukan posisi, peran, fungsi dan tujuan
mahasiswa. Pertama, sebagai kaum
terdidik yang beruntung melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, dimana
pendidikan tinggi menyajikan ilmu dan pengetahuan yang berwawasan luas dan
penuh dengan dinamika ilmu dan pengetahuan. Implikasinya adalah membentuk sikap
dan sifat yang bermental peduli dengan sesama, tanpa penindasan, tanpa
pengkhianatan dan tanpa kebohongan maka rasa empati dan simpatipun muncul di
hati sanubari mahasiswa. Kedua, Ilmu
dan pengetahuan yang bersifat teoritis dan normatif serta tekstual menuntut
mahasiswa dalam mengaplikasikannya ke ranah kontekstual, tentunya dimana
penindasan, pengkhianatan dan kebohongan itu berada. Perwujudannya adalah
politik keberpihakan dan terbentuknya kelompok penekan (pressure group) jika segala yang bersifat normatif, tekstual dan
teoritis itu tidak segera diwujudkan.
Proses pembangunan pasar Sukoharjo
adalah multi kompleks, dengan ditandai multi stakheldor yang terlibat dalam kasus mangkraknya pasar Sukoharjo sulit rasanya untuk memecahkan kasus
tersebut. Nah, disini mungkin peran mahasiswa bisa dipertimbangkan. Apakah
mahasiswa ikut dalam tuntutan bersama bapak-bapak dan ibu-ibu pedagang atau
mengambil perspektif lain (alternatif) dalam membangun gerakan kota. Penulis
pikir dengan terlibatnya mahasiswa dalam setiap aksi bersama pedagang pasar
sudah cukup untuk membuktikan kalau mahasiswa berperan aktif ikut dalam
tuntutan. Terlebih dengan ditandainya wilayah kampus ikut andil dalam merumuskan
kepentingan-kepentingan pedagang. Peran mahasiswa dalam menjalankan posisinya
sudah terlampau cukup.
Tinggal bagaimana dengan fungsi
mahasiswa sebagai golongan terdidik dalam konteks pembangunan pasar Sukoharjo.
Apakah membangun wacana good governance
dengan analisis akademik dalam stakeholder
pemerintah dimana 4 indikator good
governance yaitu transparansi
(keterbukaan), akuntabilitas
(pertanggungjawaban stakeholder), partisipasi, dan penegakan hukum
diperhatikan. Atau justru politik pembiaran terhadap stakeholder pemerintah
yang bermasalah dalam proses pembangunan Sukoharjo.
Dan forum di Universitas Veteran
Bantara Sukoharjo kemarin (01/04/2014)
harapannya adalah untuk mewujudkan eksistensi dan esensi mahasiswa dalam
memperjuangkan hak-hak pedagang demi para pedagang bisa berjualan kembali dan
melangsungkan kehidupan selanjutnya. Mungkin begitu.
*penulis adalah
mahasiswa aktif UMS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar