Selasa, 01 Juli 2014

Potret Koperasi Perempuan Kabupaten Gunung Kidul

Jum’at, 13 Juni 2014
            Kesempatan pagi dalam tugas lapangan riset kali ini kita berkunjung ke daerah Ponjong, tepatnya menuju ke “KOPWAN KUWAT”. Dengan tetap bersama kawan Miftahul Saleh dan kawan Yuliana kita melakukan wawancara. Pada kesempatan saat itu kita bertemu dengan ketua koperasi dan pengawas koperasi. Selain wawancara tentang perkoperasian yang berada di KOPWAN “KUAT” kami bertiga juga berbincang-bincang tentang Usaha Dagang (UD) yang dijalankan oleh pengawas koperasi, karena pada saat itu tempat wawancara bertepatan di rumahnya pengawas koperasi. Pengolahan makanan yang menjadi unggulan UD. MIROSO (nama UD) adalah dari berbahan dari kacang-kacangan yang dibuat dengan berbagai macam jenis makanan yang di buat dengan menggunakan manual (tanpa mesin) dan sangat sederhana. Tetapi yang perlu digarisbawahi selain itu adalah distribusi yang dilakukan tidak hanya lingkup DI Yogyakarta dan sekitarnya, melainkan sudah sampai Jakarta.  
            Kemudian pada kegiatan lapangan selain itu pada Jum’at kemarin, kami seperti biasanya melakukan wawancara kepada pengurus koperasi wanita yang berada di Kabupaten Gunung Kidul. Pada kegiatan yang kali ini kami berkesempatan mewawancarai pengurus koperasi di Koperasi Wanita (KOPWAN) Mitra Usaha Perempuan (MUP), tepatnya kepada ibu Sulastri yang beralamat di Dusun Gunung Gambar, RT 03/06 desa Kampung Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunung Kidul. Beliau yang sudah berusia 46 tahun dengan pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan jabatan di MUP sebagai sekretaris koperasi menambah pengalaman saya bertemu dengan orang lain. Dengan di tambahkannya ibu Sulastri dalam wawancara ini berarti secara langsung bertambah pula data primer dalam riset tentang ekonomi kerakyatan studi kasus Kopwan.
          Dalam obrolan saya dengan ibu Sulastri di Gunung Gambar adalah bagaimana peran, fungsi dan tujuan Kopwan didirikan, dan apa manfaat dari keberadaan Kopwan di masyarakat terutama bagi kaum ibu. Penguatan pada segi pemberdayaan masyarakat terutama dalam hal pengolahan makanan ringan seperti manggleng, rambak, dan keripik adalah tujuan Kopwan didirikan. Selain daripada itu untuk melakukan transaksi simpan-pinjam kepada anggota, supaya usaha yang dijalankan oleh anggota berjalan dengan baik adalah fungsi keberadaan Kopwan ada di Gunung Gambar. Kemudian untuk memobilisasi masyarakat terutama kaum ibu dalam kesadarannya membangun dan menumbuh-kembangkan usaha dan layanan masyarakat adalah peran Kopwan hadir di masyarakat Gunung Gambar dan sekitarnya.
            Curahan hati dari seorang ibu Sulastri yang bercerita tentang alur ekonomi yang dilakukan sendiri, mulai dari produksi sampai distribusi mengingatkan saya kepada Sukarno yang bertemu dengan Kang Marhaen. Hingga akhirnya tersebut kaum Marhaen dan kaum Kromo dalam politik perjuangannya. Sampai-sampai dalam program berbuatnya beliau (Sukarno) mencanangkan program berdikari dalam bidang ekonomi yang tertuang dalam TRIKORA. Konteks ibu Sulastri yaitu bagaimana ia membuat manggleng dengan bahan singkong yang di beli dari pengecer yang salah satunya di beli dari modal koperasi, dan kita ketahui bahwa koperasi adalah sokoguru perekonomian Indonesia. Serta dalam alat produksi milik sendiri. Dan dalam distribusi dilakukan sendiri. Bagaimana kalau yang seperti ini tidak disebut sebagai upaya berdikari dalam bidang ekonomi. Terlebih menggunakan konsep perekenomian Indonesia yang digagas oleh Drs. H. Moh. Hatta.
            Terlebih harus kita ketahui pula bahwa Gunung Gambar adalah salah satu dusun yang paling sulit dalam hal akses di Kecamatan Ngawen. Terbukti dengan letak dusun yang terletak di daerah perbukitan dengan jalan yang memiliki kemiringan kira-kira 75 derajat dan rusak. Menambah kesulitan tersendiri dalam hal akses transportasi dan komunikasi, hal itu berdampak pada sulitnya memutarkan barang dagangan dan pola komunikasi antar masyarakat satu dengan masyarakat yang lainnya. Saya pikir peranan didirikannya koperasi dalam pengembangan masyarakat dusun Gunung Gambar adalah tepat, karena itu dapat membuat jalannya roda perekonomian di Gunung Gambar secara khusus dan Kabupaten Gunung Kidul secara umum berjalan dengan baik.

Senin, 16 Juni 2014
            Pada hari Senin kemarin kita berkunjung ke kecamatan Rongkop dan kecamatan Playen, yang mana tepatnya mengunjungi ke Kopwan “Lestari” (Kec. Rongkop) dan Kopwan “Srikandi” (Kec. Playen). Sayang sekali saat berkunjung ke kecamatan Rongkop kita bertiga tidak mendapatkan data tentang Kopwan “Lestari” disebutkan oleh pemerintahan desa setempat Kopwan yang ingin diteliti sudah bubar, tetapi pembubarannya tidak melaporkan kepada pemerintah desa setempat atau DISPERINDAGKOP jadi nama koperasi masih tertera didalam dokumen pemerintah desa.
            Selanjutnya sebelum kita berkunjung ke Kopwan “Srikandi” kita singgah ke DISPERINDAGKOP. Dengan tujuan yang sama mencari data primer dalam penelitian ekonomi kerakyatan. Salah dua dari kita mewawancarai dari pihak dinas untuk mengklarifikasi data-data yang telah ditemukan dilapangan oleh tim riset kita dan mencari data-data yang belum terlengkapi.
            Kemudian terakhir pada hari itu, kita berkunjung ke Kopwan “Srikandi” yang terletak di desa Siyono Wetan. Sasaran wawancara terhadap Kopwan “Srikandi” adalah ketua koperasi. Dengan di suguhi hasil pertanian sendiri yaitu kacang kita membicarakan bagaimana tentang perkoperasian. Tetapi yang perlu menjadi titik tekan pada wawancara dengan ketua koperasi Kopwan “Srikandi” adalah bagaimana beliau menjelaskan awal proses berdirinya koperasi dan bagaimana perkembangan koperasi sampai hari ini. Pada awal berdirinya Kopwan “Srikandi” yang menjadi keheranan saya adalah pelopor berdirinya bukan dari golongan ibu-ibu, melainkan dari bapak-bapak. Padahal kita ketahuai koperasi tersebut adalah koperasi perempuan.
            Selain daripada itu adalah Kopwan “Srikandi” ini banyak beranggotakan dari isteri-isteri Pegawai Negeri Sipil (PNS), entah itu yang berasal dari guru dan pejabat daerah setempat. Otomatis dalam akses informasi dan komunikasi tentang perkoperasian berjalan dengan lancar, tanpa ada halangan dan gangguan sedikitpun. Kemudian yang paling saya ingat adalah saat-saat terakhir kesempatan beliau (ketua koperasi) berpesan kepada kita bertemu yaitu “mumpung masih muda, silahkan beridealisme.” Melalui pesan itu menjadi bahan perenungan saya semalaman penuh, pertanyaan mendasarnya “apakah kalau sudah tua tidak beridealisme lagi?.” Dan sampai detik inipun saya masih memikirkannya.  
Selasa, 17 Juni 2014
            Rencana awal pada pagi ini (Selasa, 27/06/2014) adalah berkunjung ke DPRD Kab. Gunung Kidul untuk mewawancarai ketua komisi B dan 1 anggota komisi B yang mana beliau-beliau adalah anggota DPRD yang bertugas membahas anggaran daerah Kab. Gunung Kidul. Sebelum melakukan wawancara, kita mengikuti audiensi dari divisi program kepemimpinan perempuan YSKK bersama dengan PANSUS 8 yang membahas tentang Perubahan Pilkades. Setelah mengikuti acara audiensi tersebut, kita bergerak menuju DISPERINDAGKOP melanjutkan wawancara dengan pejabat daerah terkait.
            Yang menjadi keresahan saya saat bertemu dengan para pejabat daerah di dinas perkoperasian, yang pada saat itu adalah sesi kawan Yuli menanyakan tentang perihal Pungutan Liar (PUNGLI) yang dilakukan oleh pejabat terkait kepada Kopwan-kopwan yang berada di Kab. Gunung Kidul. Lagi-lagi yang menjadi titik perhatian saya pada kesempatan itu bertatap muka langsung dengan pejabat terkait adalah: Pertama, mafia Pungli yang berada di suatu pemerintahan daerah tidak bisa dipungkiri. Kedua, dalam hal menjalankan aktivitasnya itu semua pihak yang terlibat sangat sistematis. Ketiga, pihak-pihak yang menjalankan Pungli tersebut biasanya menggunakan ancaman yang bersifat tekanan psikologis kepada pihak Kopwan, dan akhirnya dari pihak Kopwan sendiri pun merasa takut. Ketiga, budaya Jawa yang ewuh-pekewuh serta belum memahaminya regulasi dan kebijakan tentang adanya Pungli, sebagian dari masyarakat lebih mengedepankan memberi daripada mempermasalahkan yang ada.

Adhitya Yoga Pratama

Volunteer Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar