Mahasiswa dan Fotokopi
Oleh: Meri Santika Aprimanika*
Mahasiswa tidak
jauh dari istilah fotokopi. Mahasiswa dan fotokopi memiliki kaitan yang sangat
erat, dan saling berhubungan. Dimana ada tempat fotokopi disitu pasti ada
mahasiswa. Dan dimana ada universitas atau kampus, disekelilingnya pasti banyak
sekali agen-agen fotokopi dengan berbagai label.
Fotokopi adalah
suatu hal yang sangat melekat terhadap diri mahasiswa, karena dimana mahasiswa
mendapat tugas kuliah di situ akan selalu ada dan dapat dipastikan adanya
lembaran fotokopi tugas-tugas tersebut. Entah tugas individu maupun tugas
kelompok seperti di fakultasku sendiri.
Setiap mendapat
tugas dari dosen baik individu maupun kelompok, mahasiswa di haruskan untuk
menggandakan hasil tugas itu sebanyak jumlah mahasiswa yang terdapat didalam
kelas itu. Apalagi tugas untuk dipresentasikan; fotokopi adalah agenda wajib
bagi mahasiswa.
Tidak hanya ketika
mahasiswa mendapat tugas saja, fotokopi adalah kegiatan wajib yang biasa
dilakukan mahasiswa yang sering tidak mengikuti mata kuliah sebagai persiapan
untuk ujian. Atau ketika mahasiswa merasa malas untuk mencatat materi mata
kuliah tertentu dan memilih jalan pintas yaitu dengan fotokopi catatan teman
lainnya.
Bagi mahasiswa
fotokopi materi mata kuliah dianggap lebih efisien dan sudah menjadi kebiasaan
mereka dibanding dengan harus menulis catatan sendiri di buku. Apalagi biaya
fotokopi tidak terlalu membebani mahasiswa, bahkan terbilang murah dan tidak
terlalu mempengaruhi pengeluaran biaya (uang saku) mahasiswa.
Jika sekedar
selembar-dua lembar kertas. Tarif yang dibebankan berkisar Rp 250,00/lembar
kertas fotokopi tidak berwarna. Dan hanya menambah sedikit koin rupiah untuk
fotokopi berwarna.
Jadi menurut saya
pribadi, fotokopi bagi mahasiswa adalah sebuah kebutuhan sehari-hari untuk
menghemat waktu dan beban mahasiswa. Bayangkan jika seorang mahasiswa mendapat
tugas yang begitu banyaknya dan harus dipresentasikan kepada teman-teman
mahasiswa lainnya dikelas. Sedangkan materi tersebut harus mampu dipahami oleh
setiap mahasiswa lainnya.
Dengan hanya menggandakan
materi dengan cara fotokopi tersebut, terlebih dengan biaya yang sangat murah,
akan mengurangi beban mahasiswa ketimbang mereka harus menyalin lagi materi
tersebut sebanyak jumlah mahasiswa dalam kelas.
*Penulis adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi UMS
Semester 1
Mahasiswa dan Kantin
Oleh: Rr. Anisa Putri Ikhsani*
Yang menjadi
pertanyaan penting bagi mahasiswa pada zaman sekarang adalah apakah mahasiswa
lebih sering mendatangi kantin ataukah perpustakaan? Nah, disini saya akan
mengangkat dari kebiasaan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi dan Informatika
(FKI) di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Menurut pengamatan
dan pandangan saya sendiri kebanyakan di FKI lebih banyak berminat nongkrong di
kantin daripada di perpustakaan. Setiap ada jam kuliah, berangkat ke kampus
yang akan dituju pertama bukan kelas tetapi kantin. Setiap mata kuliah sudah
selesai yang akan banyak dituju adalah kantin. Mengapa demikian?
Sedangkan
perpustakaan, mahasiswa yang berkunjung tidak lebih banyak daripada kantin.
Apakah karena minat baca mahasiswa itu kurang? Ya, itu kembali pada pola pikir
dan diri mahasiswa itu sendiri.
Ya, tapi memang
tidak ada salahnya pergi ke kantin untuk mengisi perut yang keroncongan. Tidak
ada yang melarang juga dan tidak haram juga. Hanya untuk sekedar nongkrong sama
teman-teman, berbincang-bincang. Tetapi kenapa mahasiswa dominannya akan
kebanyakannya ke kantin dan ke perpustakaan jika hanya ada tugas saja, walaupun
tidak bagi semua mahasiswa.
Memang, kantin tempat
yang menyenangkan, karena banyak makanan. Berbeanding terbalik dengan
perpustakaan yang hanya terdapat rak-rak yang berisi penuh dengan buku-buku
yang begitu tebal-tebal yang tidak dapat dimakan. Ya, hanya kita sendiri yang
mengetahuinya.
Tetapi lebih
baiknya seimbang antara kedua-duanya. Ke kantin berangkat, ke perpustakaan juga
berangkat. Tapi ke perpustakaannya lebih banyak daripada ke kantin. Karena kita
juga mengetahui di kantin FKI itu harganya lebih mahal daripada kita membeli di
warung makanan luar kampus, kantin mengambil banyak keuntungan dari mahasiswa,
tetap juga masih banyak yang membeli, makanya harganya tidak di turunin.
*Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMS
Semester 1
Mahasiswa dan Kos
Oleh: Luqman Ilham Prihadi*
Mahasiswa luar
kota yang kuliah di salah satu kota yang ia hijrahi pasti tidak luput dari kos.
Karena mahasiswa pasti akan kos jika itu mereka kuliah di luar kota. Teman saya
satu kampus dan satu kelas di Ilmu Komunikasi UMS yang bernama Dodik Arif Esa Nugroho
yang berasal dari Ngawi, yang kuliah di UMS memang di Solo ini dia kos.
Atau teman saya atau yang lebih dikenal dengan pimpinanku di Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yaitu Akmam Yuniar yang berasal dari Pemalang yang
juga kos di belakang Relasi (pusat perbelanjaan). Atau Reza Ulva Tamimi yang
berasal dari Purwodadi juga kos bersama teman-temannya.
Mahasiswa luar
kota pasti tidak luput dengan kos, atau kalau tidak ikut bersama saudaranya.
Sungguh sangat kasihan mahasiswa yang bertempat tinggal di kos. Apabila sudah
memasuki tanggal tua pasti mereka akan kebingungan karena uang mereka menipis
bahkan habis sama sekali dan mereka pasti tidak dapat membeli makanan.
Berbeda dengan mahasiswa yang sering pulang ke rumah atau biasa
disebut anak rumahan, makan mereka terjamin, uang mereka juga kalau habis bisa
minta lagi dan langsung dapat uang.
Dalam kos juga
mahasiswa bebas mengkespresikan apapun yang ada dalam otak mereka, entah itu
mau melukis kamar, atau berbuat sesuatu di kos, berbuat sesuatu disini dalam
arti hal yang positif, misalkan merokok, makan, setrika, belajar dll.
Orang yang mampu untuk membayar kos sendiri pastinya dia adalah
mahasiswa yang mempunyai penghasilan sendiri, ataupun dia rajin menabung.
Banyak para mahasiswa khususnya mahasiswa UMS yang notabene dari
luar kota pasti akan kos dan membiayai kehidupan dan penghidupannya sendiri. Karena
hal tersebut menjadi budaya turun temurun yang sudah ada pada zaman dulu waktu
perkuliahan sudah ada, begitulah sedikit gambaran tentang mahasiswa dan kos.
*Penulis adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi UMS
Semester 1
Mahasiswa dan Indomaret
Oleh: Adya Rosyada Yonas*
Sebagai seorang
mahasiswa yang berasal dari luar kota, tinggal di daerah perantauan adalah
suatu tantangan tersendiri. Sebagai seorang mahasiswa, kita dituntut untuk
dapat memanajemen semua hal sendiri. Salah satunya adalah masalah keuangan.
Setiap mahasiswa
memiliki latar belakang keuangan yang berbeda. Ada yang berasal dari keluarga
ekonomi kelas menengah dan kelas ekonomi bawah. Saya pribadi berasal dari
kalangan biasa saja.
Yang berarti harus
dapat memanajemen keuangan sebaik mungkin. Salah satunya dengan cara berbelanja
di tempat yang terjangkau. Salah satunya adalah di Indomaret. Menurut saya,
sebenarnya berbelanja di Indomaret itu lumayan mahal dibandingkan minimarket
kecil lainnya.
Tapi itu
sebenarnya tergantung sepintar-pintarnya kita memilih barang yang akan dipilih.
Memang rata-rata yang dijual di Indomaret mahal. Namun tak jarang juga
Indomaret mengadakan promo-promo barang murah.
Disitulah kita
seharusnya dapat dengan cermat membuat strategi berbelanja. Ketika ada promo
barang murah (misal; beli 2 gratis 1). Kita sebagai mahasiswa alangkah lebih
baiknya bila membeli.
Namun perlu
digaris bawahi bahwa barang tersebut adalah barang yang kita butuhkan. Jika
barang tersebut dinilai kurang penting sebaiknya kita tidak membelinya. Dengan
cara tersebut mungkin kita dapat lebih menghemat biaya pengeluaran kita.
*Penulis adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi UMS
Semester 1
Mahasiswa dan Alfamart
Oleh: Nabila Ikrima*
Mahasiswa artinya
adalah siswa yang maha. Maha itu artinya tinggi. Jadi mahasiswa menurut saya
adalah siswa yang berderajat tinggi. Yang mempunyai nilai lebih tinggi. Istilah
mahasiswa hanya terdapat di Indonesia. Karena di luar negeri semua tingkatan
orang yang menuntut ilmu disebut ‘student’. Jadi seharusnya mahasiswa punya
nilai yang lebih daripada murid yang belajar di tingkat universitas di luar
negeri.
Banyak sekali
kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa. terlepas dari kewajibannya selain
belajar, mahasiswa juga melakukan kegiatan lain seperti berolahraga, bermain
game dan belanja. Disini kita mengangkat wacana tentang mahasiswa dan alfamart.
Maka disini kita menarik hubungan antara keduanya. Salah satu kebutuhan
mahasiswa yaitu berbelanja.
Karena mahasiswa
tidak akan terlepas dari kebutuhan membeli sesuatu. Dan salah satu tempat untuk
berbelanja yaitu alfamart. Di alfamart mahasiswa bisa mendapatkan apa-apa saja
yang dibutuhkannya. Seperti alat mandi, alat tulis dan makanan. Adanya alfamart
menjadi suatu hal yang sangat menguntungkan bagi mahasiswa. Karena alfamart
sudah ada dimana-mana, jadi mahasiswa menjadi lebih mudah untuk menjangkaunya.
Menurut pengamatan
saya, alfamart yang berlokasi di dekat mahasiswa akan mempunyai konsumen yang
lebih banyak mengingat jumlah mahasiswa yang tidak sediki. Dan hal itu yang
sangatlah menguntungkan bagi alfamart. Alfamart memang sangat menguntungkan
bagi mahasiswa. Tetapi disisi lain ketika kita melihat dari harga-harga barang
yang dijual di alfamart dibanding dengan toko biasa. Harga di alfamart relatif
lebih mahal.
Tapi terkadang
mahasiswa tidak terlalu peduli dengan hal itu. Terkadang justru hanya
memikirkan tempat belanja yang disana dia bisa mendapatkan yang ia mau. Salah
satunya alfamart. Tetapi kalau dilihat dari sisi tingkat harga yang terlalu
mahal. Alangkah baik apabila mahasiswa tidak selalu bergantung dengan alfamart.
Karena dengan memadukan berbelanja antara di alfamart dan toko biasa. Itu akan
lebih menghemat biaya mahasiswa. Selain itu juga alfamart sebenarnya adalah
pasar monopoli.
Menurut saya
karena setelah alfamart menyebar dimana-mana, toko-toko biasa yang ada
dimana-mana mulai tidak dilirik oleh pembeli dan akhirnya mulai gulung tikar
satu per satu. Maka adanya alfamart, menurut saya itu salah satu yang membuat
peluang keuntungan penjual toko biasa menjadi lebih sedikit.
*Penulis adalah mahasiswa Ilmu
Komunikasi UMS
Semester 1
Mahasiswa dan Cinta
Oleh: Dodik Arif Esa N*
Mahasiswa dan
cinta dalam dunia perkuliahan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.
Karena di masa-masa inilah terkadang cinta yang sejati bisa ditemukan. Tidak
bisa dipungkiri setiap mahasiswa pasti pernah merasakan cinta. Kehidupan
mahasiswa yang penuh realita ataupun drama menjadikan mahasiswa sebagai tempat
bernaungnya cinta-cinta yang ada. Banyaknya kegiatan mahasiswa yang melibatkan
perasaan dan emosional mengakibatkan dirinya untuk mencari-cari tempat
beristirahat, tempat mencurahkan perasaan, tempat bersandar. Dan cinta itulah
yang diinginkan untuk mendudukinya.
Banyak kasus dan
kejadian tentang mahasiswa dan cinta yang senantiasa menghiasi kehidupan
kampus. Setiap orang pasti pernah merasakan cinta ketika menjadi mahasiswa, dan
terkadang mahasiswa melakukan banyak cara untuk menemukan cinta di kala menjadi
mahasiswa. cinta dikalangan mahasiswa terkadang membuat gila. Bagaimana tidak?
Karena kehidupan mahasiswa yang bebas ini membuat mahasiswa dan cinta melakukan
hal yang gila.
Cinta bisa menjadi
semangat dorongan, kemauan, motivasi untuk mejadi lebih baik bagi mahasiswa.
Namun terkadang cinta juga bisa menjadi racun atau pil pahit karena cinta yang
gagal atau yang kandas bisa menjadi mahasiswa melakukan hal bodoh, kurang
semangatnya diri bisa dikatakan hal atau buruknya cinta. Karena mahasiswa juga
remaja yang sebagian tidak dapat mengontrol cinta. Memang sangat indah bila
membicarakan cinta, cinta adalah sesuatu yang sangat ambisius bagi mahasiswa.
Jika mahasiswa tidak bisa merasakan cinta itulah mahasiswa yang saya pikir
merugi.
Dewasanya
mahasiswa saya rasa adalah sesuatu yang bermodal untuk mendapatkan apa yang
namanya cinta. Karena cinta dikalangan mahasiswa tidak seperti cinta di
kalangan anak SMP/SMA ataupun anak sekolahan tingkat rendah. Karakter mahasiswa
yang beragam dan memiliki banyak latar belakang. Dan mahasiswa serta cinta
merupakan suatu paket ketika kita terjun di dunia mahasiswa. maka jangan
sia-siakan kehidupan yang seharusnya indah saat mahasiswa. Karena kata orang
hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga.
*Penulis adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi UMS
Semester 1
Mahasiswa dan Buku
Oleh: Luxy Nabela Farez*
Terkait hal yang
bersangkutan dengan mahasiswa dan buku. Kita perlu mengetahui apa itu mahasiswa
dan apa itu buku dengan fungsi setiap definisi masing-masingnya.
Perlu kita ketahui
bahwa mahasiswa bukan lagi sekedar siswa yang hanya mampu untuk diatur secara
otoriter oleh diktator (guru). Mahasiswa bukan lagi sekedar siswa yang hanya
bisa dicekoki doktrin-doktrin pembodohan oleh oknum-oknum yang bertanggung
jawab. Dalam artian, seorang mahasiswa adalah sosok yang harus dan wajib
mengerti dirinya sendiri dan ranah gerak apa yang harusnya di ejawantahkan oleh
diri mahasiswa itu sendiri.
Terkait dengan
adanya mahasiswa, ada satu hal yang selayaknya tidak diperbolehkan lepas dari
ranah ataupun sepak terjang seorang mahasiswa hal itu adalah buku. Keberadaan buku
dinilai sebagai satu peran penting bahkan menjadi hal pokok dalam konsumsi
mahasiswa.
Dapat dikatakan
penting dan pokok dalam perannya sebagai buku, karena buku adalah sumber
pembuka ilmu pengetahuan atau cakrawala pengetahuan dan jendela dunia. Dalam
memaknai suatu hal dan menjabarkan suatu hal terkait dengan teori-teori yang
telah ada, buku memiliki peran yang sangat besar di dalamnya.
Selain menjadi
sumber ilmu pengetahuan, bukupun menjadi sumber referensi berkualitas bagi
seorang mahasiswa. terkait dengan adanya mahasiswa dan buku, dapat ditarik
kesimpulan secara garis besar bahwa kedua saling terkait erat dan menguntungkan
masing-masing unsur atau dapat dikatakan saling bersimbiosis mutualisme.
Akan tetapi,
realitas yang ada saat ini, mahasiswa dan buku mengalami degradasi yang sangat
tajam. Terkait halnya dengan sebuah budaya mulia didalamnya yaitu “membaca”.
Mahasiswa, buku dan budaya membaca adalah faktor yang saling berhubungan. Tanpa
adanya kemauan ataupun paksaan membaca, buku takkan terjamah oleh tangan-tangan
mahasiswa itu sendiri yang empunya buku.
Perlu ditekankan
bahwa dalam mencetak generasi muda yang berkualitas dan cendekiawan yang
berpengatuhan luas, perlu adanya keluasan cakrawala pengetahuan. Dan keluasan
cakrawala pengetahuan dapat dicapai dengan adanya budaya membaca untuk lebih
menunjang dalam perluasan pengetahuan khususnya oleh mahasiswa.
“Banyak baca,
dunia pun berada di tangan kita”. Kalimat tersebut perlu dihayati dengan
baik, karena budaya membaca kini semakin tergerus oleh kerasnya zaman
globalisasi seperti sekarang ini, yang semakin hari semakin menggantungkan diri
dengan teknologi dan gadget.
Perlu diketahui
pula segala sesuatu didunia ini memiliki dampak positif dan negatif
masing-masing. Untuk mengendalikan dampak-dampak yang ada, dapat dikembalikan
kepada diri masing-masing mahasiswa, demi mencetak generasi muda yang memiliki
intelektualitas yang berkualitas dan cendekiawan dengan adanya buku dan budaya
membaca yang baik, maka dunia akan dapat kita genggam. Mari membaca!
*Penulis adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi UMS
Semester 1
Mahasiswa dan Makanan
Oleh: Dewi Puspita JS*
Hubungan antara
mahasiswa dengan makanan itu cukup erat. Mengapa? Karena mahasiswa itu manusia,
dan manusia itu membutuhkan makanan. Bukti nyata bahwa mahasiswa membutuhkan
makanan adalah dengan adanya kantin yang ikut meramaikan sudut-sudut kampus.
Yang disebut
sebagai mahasiswa disini adalah semua orang yang menuntut ilmu dijenjang
perkuliahan. Mahasiswa ada dua macam, yaitu mahasiswa yang dalam perantauan dan
mahasiswa yang rumahnya masih disekitar atau masih dekat dengan kampus. Bagi
keduanya, makanan itu adalah hal yang penting. Terutama bagi mahasiswa yang
bertempat tinggal di kos atau kontrakan. Pencarian makanan adalah hal yang
harus sangat dipertimbangkan. Dari segi harga, biasanya itu yang dijadikan
pokok pertimbangan yang pertama. Karena mereka memiliki alasan, yaitu HEMAT!
Kata itu saya rasa cukup melekat erat bagi mahasiswa perantauan. Tapi masih ada
juga beberapa mahasiswa yang acuh pada harga makanan.
Yang kedua yaitu
dari segi rasa. Ada yang berpendapat bahwa makanan di sekitar kampus atau
kos/kontrakan itu tidak enak. Jadi bagi mahasiswa yang lebih mengutamakan
harga, rasa dari sebuah masakan atau makanan itu dijadikan acuan yang kedua.
Selain cita rasa
tentunya ada pertimbangan yang lainnya yang harus dipertimbangkan. Yaitu
kualitas atau kehigienisan makanan dari makanan tersebut. Kerena makanan yang
bersih akan berdampak positif.
Bagi anak kos itu
yang terpenting dalam menentukan makanan, rumusnya adalah harga murah, porsi
banyak, rasa enak dan higienis. Itu yang diharapkan makanan dari anak kos. Ini
terjadi karena tuntutan keadaan. Salah satunya karena mungkin jadwal pengiriman
uang dari orang tua terbatas dan terlambat. Demikian.
*Penulis adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi UMS
Semester 1
Mahasiswa dan Perpustakaan
Oleh: Bintoro Arif B
Zaman sekarang
sudah berubah ke zaman globalisasi. Semuanya terpengaruh oleh
perubahan-perubahan yang sangat drastis. Contohnya yaitu mahasiswa-mahasiswa di
era sekarang telah dipengaruhi oleh perubahan yang menjadikan
mahasiswa-mahasiswa sekarang yang kurang berkompeten. Banyak mahasiswa sekarang
yang hanya kuliah, pulang, nongkrong, main dan lain-lain, yang itu semua bagiku
kurang ada bermanfaat.
Dan ada juga pula mahasiswa sekarang kurang ingin untuk melakukan
yang namanya minat baca, padahal minat membaca itu sangat penting untuk
menambah wawasan pengetahuan seorang mahasiswa. Supaya mahasiswa mempunyai ilmu
yang berkualitas dan wawasan yang luas. Semua universitas telah menyediakan
fasilitas untuk membaca yaitu perpustakaan, maka dari itu pergunakanlah
fasilitas yang sudah disediakan itu dengan sebaik-baiknya. Karena kualitas
seseorang membaca dan orang yang tidak suka membaca itu sangat berbeda jauh.
Di perpustakaan
juga sudah disediakan buku-buku yang berkualitas. Ingin mencari buku yang berpengarang
terkenal-sampai yang belum terkenal sebagian sudah tersedia. Jadi kalau
mahasiswa ingin mencari buku yang diinginkan tidak harus repot-repot membeli ke
toko buku. Mahasiswa harus diajarkan hidup hemat. Dan juga kita sebagai
mahasiswa harus membudayakan kebiasaan membaca buku. Semoga dengan sering kita
datang ke perpustakaan dan sering membaca buku maka kita akan mendapatkan apa
yang ingin dicari.
*Penulis adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi UMS
Semester 1
Mahasiswa dan Futsal
Oleh: Ridwan Yoimanto*
Mahasiswa adalah
seorang individu yang mempunyai pola pikir yang sudah atau telah dewasa, baik
secara formal maupun non-formal. Mahasiswa yang diambil dari kata maha dan
siswa, memiliki arti maha yaitu seuatu yang besar dan siswa yaitu seorang pelajar,
jadi mahasiswa adalah seorang pelajar yang mempunyai jiwa besar.
Futsal adalah
salah satu olahraga terfavorit dalam beberapa tahun belakangan ini, banyak
orang yang suka atau sering pada olahraga ini. Mulai dari anak kecil, orang
dewasa, anak sekolahan maupun mahasiswa. Tidak dapat dipungkiri bahwa
belakangan saat ini mahasiswa yang senang pada olahraga futsal ini semakin hari
semakin bertambah banyak. Mengingat tempatnya yang kebanyakan indoor atau
berada dalam ruangan, futsal bisa menjadi salah satu olahraga pilihan yang baik
ketika cuaca sedang tidak bersahabat atau sedang hujan.
Namun dalam
masalah ini, ada beberapa hal yang membuat olahraga futsal menjadi hal yang
mengganggu mahasiswa yaitu
·
Banyak
mahasiswa yang lebih senang meninggalkan atau menunda tugasnya demi futsal
·
Lebih memilih
bermain futsal pada malam hari dengan alasan agar tidak merasa gerah atau
kepanasan saat bermain futsal pada siang atau sore hari
Dari dua buah contoh diatas saja dapat dilihat bahwa mahasiswa
mengambil suatu resiko yang menurut saya sangat besar dampaknya, dalam waktu
yang dekat atau lama.
Kita lihat yang nomor satu, kebaanyakan mahasiswa yang lebih
mementingkan futsal ketimbang tugas-tugasnya atau bahkan mata kuliahnya, dan
menurut saya akibatnya cukup lumayan, mulai dari tidak dapat nilai dari
tugasnya yang tidak dikumpul, atau mendapat nilai yang kurang karena terlambat
mengumpulkan tugas.
Bukannya bermain futsal itu dilarang, tetapi harus bisa membagi
waktunya dengan baik. Utamakan yang lebih penting dahulu, atau kerjakan
terlebih dahulu tugas, ikuti terlebih dahulu mata kuliah, setelah itu baru bisa
bermain futsal. Sehingga ketika kita pulang dari bermain futsal, pasti kita
merasakan kecapekan yang akhirnya membuat kita kita malas untuk mengerjakan
sesuatu. Karena pada awal tadi kita telah mengerjakan atau mengumpulkan tugas,
jadi kita bisa beristirahat dengan tenang tanpa harus memikirkan tugas yang
belum terkumpulkan atau yang belum dikerjakan.
Jadi sebagai mahasiswa harus bisa membagi waktu antara urusan-urusan
perkuliahan dan waktu bermain futsal, sehingga akhirnya tidak ada yang
dirugikan pada akhirnya nanti.
*Penulis adalah mahasiswa Teknik
Informatika UMS
Semester 1
Mahasiswa dan Mata Kuliah
Oleh: Khoirul Hudoh*
Sudah kita ketahui
bahwa mahasiswa tak luput dengan pembahasan mata kuliah. Mahasiswa sebagai
orang yang terpelajar, yang mempunyai gagasan-gagasan ataupun
pemikiran-pemikiran yang logis terhadap suatu persoalan. Kehidupan mahasiswa di
kampus tidak hanya masuk kelas, untuk kuliah mendengarkan dosen yang cerewet,
bermain internet diwaktu yang senggang ataupun yang lainnya. Akan tetapi mereka
pasti mempunyai tujuan tertentu setiap individu masing-masing.
Sedangkan pada
konteks kali ini, pembahasannya ialah mengenai mahasiswa dan mata kuliah. Pasti
tak asing lagi buat mahasiswa itu tersendiri. Mata kuliah bagi mahasiswa itu
pasti mempunyai persepsi sendiri-sendiri setiap individunya dalam memaknainya.
Dalam kurun waktu
yang berbeda mahasiswa akan berbeda dalam menyikapi suatu mata kuliah tertentu.
Terkadang pada minggu pertama mata kuliah A mahasiswa suka, karena adanya
ketertarikan pada materi yang disampaikan oleh dosen dari mata kuliah tersebut.
Dan pada saat minggu kedua bisa-bisa mahasiswa menyikapi maata kuliah A menjadi
membosankan, karena penyampaian materi kuliah oleh dosen kurang menarik dan
terkesan monoton.
Dalam hal ini
merupakan sebuah perspektif mahasiswa terhadap mata kuliah yang berbeda, karena
adanya pengaruh waktu dan kondisi yang menyebabkan faktor terjadinya penyikapan
mata kuliah.
Pada dasarnya
mahasiswa bisa menyikapi atau mempunyai pendapat yang berbeda tersebut, karena
dipengaruhi oleh pemikiran mereka sendiri. Karena pemikiran merekalah yang akan
membuat hati mempunyai rasa yang berbeda terhadap perspektif tentang mata
kuliah dalam kurun waktu yag berbeda. Dan sejatinya rasa yang dimilikinya itu
sama terhadap pemikiran tentang mata kuliah, tetapi yang menjadikan perbedaan
itu hanyalah waktu dan kondisi.
*Penulis adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi UMS
Semester 1
Mahasiswa dan Dosen
Oleh: Dwi Latifatul Fajri*
Dosen dan
mahasiswa saling berkaitan dengan mahasiswa. Mahasiswa yang ingin mendapatkan
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi misalnya harus taat pada aturan,
sering ngampus dan tentunya memperhatikan dosen ketika sedang mengikuti
aktivitas belajar mengajar.
Seringkali ada
rasa ketidakcocokan antara mahasiswa dan dosen. Kebanyakan dosen menginginkan
mengajar mahasiswa dengan baik dan mata kuliahnya dapat diserap oleh mahasiswa,
namun ada juga dosen yang hanya mengajar tanpa memikirkan mahasiswanya bolos
mata kuliah atau tidak mengerti mata kuliahnya sama sekali.
Jadi, apa
sebenarnya hubungan dosen dengan mahasiswa. Dosen adalah guru besar dan
biasanya sarjana S2 dan S3. Dosen berbeda dengan guru sekolah sebelum kuliah.
Sementara mahasiswa adalah siswa yang paling tinggi tingkatannya setelah lulus
SMA/SMK/MAN. Dosen adalah pengampu yang biasanya mengajari mata kuliah di kampus.
Ada beberapa tipe
mahasiswa yang berpengaruh terhadap dosennya. Pertama mahasiswa yang aktif,
rajin bertanya dan nilai dari mata kuliahnya bagus sehingga dosen menyukai
mahasiswa tersebut dan bisa saja mahasiswa mahasiswa itu menjadi asisten dosen
membantu kerja dosen. Kedua tipe mahasiswa yang setengah-setengah, maksudnya
dia tidak menonjol di kelas, sering tidur di kelas, bahkan terkadang sering
titip absen pada temannya. Namun terkadang dia juga masuk mata kuliah walau dia
tidak aktif dalam perkuliahan dan IPK juga sedang. Biasanya dosen acuh tak acuh
pada mahasiswa ini, tapi jika dosen killer (pembunuh) kemungkinan si dosen akan
membubuhkan nilai buruk pada mahasiswa ini karena sering bolos, nilai ujiannya
jelek atau ketahuan mencontek ketika ujian.
Ketiga tipe
mahasiswa yang biasa disukai dosen atau si dosen tidak menyukainya. Biasanya
tipe ini anak yang ikut organisasi atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di
kampus. Mahasiswa ini bisa dibilang super sibuk atau sok sibuk tergantung
perilaku mahasiswa itu sendiri. Tipe mahasiswa ini ada 2, yang pertama dia tipe
anak rajin. Walaupun dia harus membagi waktu mengikuti organisasi mahasiswa
namun dia berhasil dalam membagi waktu belajar dengan baik sehingga dia
berhasil menunjukkan prestasi dalam organisasi yang ia geluti, dan nilai IPKnya
juga bagus. Biasanya dosen menyukai mahasiswa ini.
Tipe kedua dari
mahasiswa yang mengikuti organisasi mahasiswa yang beralasan dirinya sok sibuk
yaitu mahasiswa ini biasanya beralasan ada tugas atau kerjaan di organisasinya,
sehingga dia membolos mata kuliah tertentu. Memang dia memanfaatkan kegiatan
organisasi dan membolos tapi dia bahkan tidak aktif dalam berorganisasi dan
IPKnya juga tidak memuaskan, karena dirinya tidak mampu membagi waktunya dan
menyiakan waktunya. Tipe inilah yang tidak disukai oleh dosen. Karena dosen
adalah pembimbing untuk menjadikan mahasiswa yang mampu mengubah bangsa dan
negara, maka hubungan dosen dan mahasiswa harus bersinergi satu sama lain.
*Penulis adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi UMS
Semester 1
Mahasiswa dan
Facial
Oleh: Dewi
Zakiniyati*
Di jaman sekarang
yang semakin modern banyak kalangan masyarakat khususnya mahasiswa yang merawat
wajahnya dengan perawatan wajah yaitu biasa disebut facial. Mereka menggunakan
perawatan itu karena mereka sudah memiliki rasa ingin merawat diri menjadi lebih
cantik dan lain-lain. Kebanyakan mahasiswi merawat wajahnya dengan cara facial,
ada juga mahasiswi merawat wajahnya secara alami atau memakai sabun cuci muka.
Perawatan wajah juga tumbuh dari masing-masing mahasiswi, ada yang bersemangat
ke tempat skin care untuk merawat wajahnya, ada juga yang tidak peduli dengan
wajahnya dan itu hanya memakai sabun cuci muka atau malah mungkin tidak memakai
apapun, hanya cuci muka dibasuh air bersih saja. Tetapi itu semua bisa dilihat
dari kulit wajah masing-masing mahasiswa tersebut. Ada yang norrmal,
berjerawat, berminyak, sensitif dan lain-lain. Sebagai contoh saya mengambil
contoh dari teman-teman saya. Ada teman saya yang merawat wajah dan facial di
skin care Ella di Solo. Karena dia pikir dia butuh buat merawat wajahnya agar
tidak menimbulkan banyak jerawat. Ada lagi teman saya yang merawat wajah dan
facial di Larissa Solo, dia bermasalah pada wajahnya yang sensitif, jadi dia
mengambil cara dengan perawatan di Larissa Solo. Ada juga yang merawat wajah
dan facial di AA skin care, dia disana hanya facial dan membeli krim siang dan
krim malam agar wajah dia terlihat cerah dan indah dipandang mata. Dan ketiga
teman saya itu memiliki masalah pada wajah yang berbeda-beda. Tetapi kita
kembalikan lagi kepada mereka. Mereka pasti mempunyai alasan lain kenapa mereka
memilih facial untuk merawat wajah.
Facial itu bisa
dikatakan pemijatan wajah, karena salah satu stepnya dengan cara memijatkan
wajah dan menjadikan wajah kita rileks dan ringan. Setelah itu kita dipakaikan
masker sesuai dengan wajah masing-masing. Ditunggu sekitar sepuluhan menit.
Lalu diambillah masalah yang ada diwajah itu, ada komedo dihidung yang jika
dikeluarkan menggunakan alat dan dipijat itu terasa sakit, mengambil jerawat
yang ada diwajahnya juga bisa. Tetapi akhirnya bisa berdarah dikit atau
membekas. Jangan khawatir semua akan kembali seperti semula dengan jangka waktu
sehari sampai dua hari. Dengan begitu wajah kita terlihat lebih bersih dan
cerah. Bisa ditambahkan juga dengan krim siang dan malam. Atau jika ingin
terhindar dari jerawat bisa memakai serum dan itu digunakan malam hari
bersamaan dengan krim malam hari. Krim malam berfungsi memutihkan wajah dan
krim siang berfungsi untuk melindungi wajah dan panasnya sinar matahari. Tetapi
itu kembali lagi lihat tempat skin care tersebut, ada banyak skin care yang
mempunyai keunggulan tersendiri soal krim siang dan malam sesuai dengan kemauan
kita juga bisa, ingin tinggi tingkat keputihannya bisa memakai krim siang yang
dosisinya tinggi. Jika tingkat keputihan wajahnya biasa bisa menggunakan krim
pagi yang mengandung dosis yang rendah. Dengan adanya facial di skin care ini,
menguntungkan mahasiswi yang ingin mendapatkan wajah yang indah dan cerah. Dan
menjadikan mahasiswi menjadi cantik. Dan menguntungkan skin care tersebut.
Tetapi harapan dari mahasiswi ini dengan maraknya pemakaian facial jangan
sampai merugikan konsumen yang berniat membenahi wajahnya. Atau krim pagi dan
malam jangan juga menggunakan bahan yang tidak baik untuk kulit wajah. Sekian
tulisan saya ini, terimakasih.
*Penulis adalah mahasiswa Teknik Informatika UMS
Semester 1
Mahasiswa dan Organisasi
Oleh: Yuananda Elok*
Keterkaitan
mahasiswa dengan organisasi adalah disetiap fakutlas atau perguruan tinggi
pasti mempunyai UKM atau organisasi. Seperti di UMS ini yang mempunyai berbagai
organisasi, seperti organisasi IMM yang saat ini sedang saya ikuti. Ada juga
UKM diantaranya yaitu Unit Bola Basket (UBB), futsal dan lain-lain.
Kegiatan-kegiatan seperti ini dapat menambah pengalaman, menambah pertemanan
dan juga bisa mengikuti kejuaraan-kejuaraan daerah ataupun nasional untuk UKM
yang fokus pada minat dan bakat. Organisasi IMM misalnya dapat menambah
wawasan, menjadikan pribadi yang mandiri dan berakhlak mulia. Selain IMM juga terdapat
organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKOM) yang mencakup dengan
hubungan dengan tugas kuliah dan mata kuliah. Mahasiswa dan organisasi juga
bisa menambah keilmuan kita, dengan adanya organisasi di universitas dapat
membantu kita juga dalam menuju dakwah, jalan menuju Allah. Kita bisa bersosial
dengan menampung aspirasi mahasiswa dan melakukan bakti sosial.
Mahasiswa dengan
organisasi mereka saling berkaitan. Tanpa adanya oganisasi di kampus, tidak
akan mungkin terselenggerakannya kegiatan-kegiatan yang butuh sokongan dari
pihak mahasiswa. Tanpa adanya mahasiswa tidak akan mungkin terbentuknya suatu
organisasi, yang mana kata sebuah organisasi bisa terwujud jika adanya
struktur, AD/ART, anggota dan lain-lain. Namun dengan adanya organisasi berarti
tidak harus kita tidak bisa memanagement waktu sebaik mungkin. Bagaimanapun
juga mahasiswa harus mendahulukan apa yang wajib serta menjadikannya kebutuhan
utama. Ada juga organisasi yang harus memakan waktu sampai larut subuh hanya
untuk sebuah rapat, maka dari itu kita harus benar-benar bisa memanagement
waktu sebaik mungkin.
*Penulis adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi UMS
Semester 1